Salafy Magelang FATAWA NASIHAT DAN CATATAN TENTANG DZIKIR LI KHOMSATUN (Bag.1)

NASIHAT DAN CATATAN TENTANG DZIKIR LI KHOMSATUN (Bag.1)

Ditulis Oleh Al Ustadz abu Utsman Kharisman

Saudaraku, alhamdulillah Allah Ta’ala menerangi kita dengan petunjuk yang sangat jelas dan terang benderang, yaitu Quran dan Sunnah Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam.

…قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ

…telah datang kepada kalian dari Allah cahaya dan kitab yang jelas (Q.S al-Maaidah ayat 15)

Jika kita berselisih tentang suatu hal, mari kita kembalikan kepada alQuran dan Sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam. Demikianlah Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita.

…فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

…jika kalian berselisih pendapat tentang suatu hal, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kalian memang beriman kepada Allah dan hari akhir. Itu adalah lebih baik dan lebih indah akibatnya (Q.S anNisaa’ ayat 59)

Sahabat Nabi Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu anhu adalah seseorang yang menjadi kepercayaan Nabi dalam menyampaikan sebagian rahasia. Berita yang dirahasiakan oleh Nabi kepada Sahabat Nabi yang lain, namun disampaikan kepada Hudzaifah adalah tentang nama-nama orang munafik.

Hudzaifah bin al-Yaman menjelaskan keharusan kita memperhatikan bagaimana kita beribadah. Hendaknya kita menimbang dan mengukur ibadah yang kita lakukan dengan yang diamalkan para Sahabat Nabi.

Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu anhu pernah berkata:

كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا ؛ فَإِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالاً ؛ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka bertakwalah kalian kepada Allah wahai para pembaca al-Qur’an (orang-orang alim dan yang suka beribadah) dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu” (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah)

Inilah pedoman kita bersama sebagai orang beriman yaitu alQuran dan Sunnah Nabi yang dipahami dan diamalkan oleh Sahabat Nabi radhiyallahu anhum ajma’in. Jika ada suatu doa atau dzikir tertentu dalam tata cara tertentu dan dianggap memiliki keutamaan tertentu, hendaknya kita merujuk pada Nabi dan para Sahabatnya. Apakah mereka mengajarkannya atau tidak. Jika tidak, sesungguhnya sunnah Nabi dan teladan dari para Sahabat masih banyak yang belum kita amalkan.

Pembahasan inti pada tulisan ini adalah tentang ucapan atau dzikir yang dikenal dengan LI KHOMSATUN. Sebagian saudara kita ada yang membaca dzikir itu dengan keyakinan tertentu. Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada kita dan segenap kaum muslimin.

Dzikir LI KHOMSATUN yang dimaksud adalah sebagai berikut:

لِي خَمْسَةٌ أَطْفِي بِهَا حَرَّ الْوَبَاءِ الْحَاطِمَة

الْمُصْطَفَى وَالْمُرْتَضَى وَابْنَاهُمَا وَفَاطِمَة

Artinya adalah sebagai berikut:

Aku memiliki 5 (sosok) yang dengannya aku padamkam panasnya wabah yang menghancurkan….

(yaitu) al-Musthofa (Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam), (Ali) al-Murtadho, dan kedua putranya (al-Hasan dan al-Husain), serta Fatimah

Sebagian saudara kita sesama muslim ada yang menganjurkan untuk memperbanyak dzikir atau doa dengan kalimat itu ketika terjangkit wabah penyakit. Seperti saat terjangkitnya wabah virus Corona atau penyakit Covid-19. Apakah hal demikian itu bisa dibenarkan? Mari simak penjelasan berikut ini.

Mohon dikoreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini. Semoga Allah Ta’ala memberikan ampunan dan petunjuk kepada segenap kaum muslimin.

Saudaraku, mari kita timbang secara ilmiah. Ilmiah artinya berlandaskan ilmu. Sesuatu disebut sebagai ilmu jika bersumber dari al-Quran, atau berdasarkan riwayat hadits. Riwayat hadits itu dinukil dengan penggunaan kata: haddatsanaa yang artinya: telah menyampaikan hadits kepada kami, atau telah mengkhabarkan kepada kami….Itu disampaikan dalam rangkaian mata rantai sanad riwayat.

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menyatakan:

كُلُّ الْعُلُومِ سِوَى الْقُرْآنِ مَشْغَلَةٌ … إِلَّا الْحَدِيثَ وَإِلَّا الْفِقْهَ فِي الدِّينِ

الْعِلْمُ مَا كَانَ فِيهِ قَالَ حَدَّثَنَا … وَمَا سِوَى ذَاكَ وَسْوَاسُ الشَّيَاطِينِ

Semua ilmu selain al-Quran adalah menyibukkan…kecuali hadits dan fiqh dalam agama…

Ilmu itu adalah yang padanya terdapat ucapan haddatsanaa…selain itu adalah was-was setan

(al-Bidaayah wan Nihaayah karya Ibnu Katsir (14/138)).

Sumber: NASIHAT DAN CATATAN TENTANG LI KHOMSATUN (bag.1) – Salafy.or.id

Postingan Terkait

BOLEHKAH MENGUCAPKAN KATA “ALMARHUM” UNTUK ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIABOLEHKAH MENGUCAPKAN KATA “ALMARHUM” UNTUK ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA

BOLEHKAH MENGUCAPKAN KATA “ALMARHUM” UNTUK ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA? Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah Pertanyaan: Apakah dibenarkan mengucapkan kata “almarhum” bagi orang-orang yang telah meninggal, misalnya dengan kita

Nasehat untuk Kaum Muslimin Indonesia Terkait Demonstrasi 4 November 2016 di JakartaNasehat untuk Kaum Muslimin Indonesia Terkait Demonstrasi 4 November 2016 di Jakarta

? asy-Syaikh DR. ‘Abdullah bin ‘Abdurrahim al-Bukhari hafizhahullah ? Tanya : ? “Hari ini (kemarin, Jum’at 4/10/2016, pen) di Ibu kota Indonesia, Jakarta diadakan demonstrasi besar-besar. Demonstrasi tersebut menuntut diadilnya