Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan: “Allah memberitakan kenyataan dunia dan apa yang ada di dalamnya, puncak keadaan dunia dan puncak kondisi penghuninya, bahwa dunia ini adalah permainan dan perkara sia-sia, di mana tubuh-tubuh manusia bermain dengannya dan hati mereka terhibur dengannya.
Ini kenyataan yang ada dan terjadi pada budak-budak dunia. Engkau akan mendapati mereka menghabiskan usia hanya untuk kesenangan hati dan lengah dari mengingat Allah serta lalai dari apa yang ada di hadapan mereka berupa kenikmatan dan ancaman-Nya, Engkau mendapati mereka menjadikan agama sebagai permainan dan perkara sia-sia.
Berbeda dengan orang yang sadar dan orang yang beramal untuk akhirat. Hati mereka senantiasa dipenuhi dengan mengingat Allah, mengenal-Nya, dan mencintai-Nya. Mereka mengisi waktu mereka dengan amal-amal yang mendekatkan mereka kepada Allah, dari amalan yang bermanfaat untuk dirinya atau untuk orang lain.”
“Pada firman Allah yang artinya: ‘Dan perhiasan’, yaitu berhias dalam pakaian, makanan, minuman, kendaraan, rumah, istana, kedudukan dan yang lainnya.”
“Pada firman Allah yang artinya: ‘Saling berbangga-bangga di antara kamu’, artinya setiap orang ingin membanggakan diri di hadapan orang lain, dan ingin menjadi yang dominan dalam hal dunia, ingin memiliki ketenaran dan keadaan yang istimewa.”
“Firman Allah yang artinya: ‘Saling berlomba dalam hal harta dan anak-anak’, artinya setiap orang ingin menjadi lebih kaya dan memiliki lebih banyak keturunan daripada orang lain. Ini benar berdasarkan fakta keberadaannya pada mereka yang mencintai dunia dan merasa puas dengannya.”
“Lalu Allah memberikan perumpamaan untuk dunia dengan hujan yang turun ke bumi. Maka berbagai jenis tumbuhan bermunculan yang menjadi makanan bagi manusia dan hewan ternak. Ketika tanah itu tumbuh subur dan tanaman-tanaman itu indah, dan menjadikan kagum orang-orang kafir yang mana mereka membatasi semangat dan tujuan mereka hanya kepada dunia, tiba-tiba datanglah perintah Allah untuk memusnahkannya. Lalu tanaman-tanaman itu menjadi layu dan kering, dan kembali pada kondisi awal kali, seolah-olah tidak pernah tumbuh padanya sesuatu yang hijau, dan tidak ada pemandangan yang indah.
Demikianlah dunia, meskipun tampak bercahaya dan indah bagi penghuninya, apa yang dia inginkan dari impian dia bisa mendapatkannya, kemana dia menuju untuk urusan dunia dia akan mendapatkan pintu-pintunya terbuka, tatkala ditimpa takdir yang menjadikan dunia hilang dari genggamannya, dan melenyapkan kekuasannya terhadap dunia, dan menghancurkan dunianya, maka diapun berpindah menjadi manusia yang tangannya kosong tidak memiliki dunia, tidak berbekal dari dunia kecuali kain kafan, maka celakalah bagi hamba yang menjadikan dunia sebagai puncak cita-cita, dan puncak usaha dan amalan dia.
“Adapun amal yang dipersembahkan untuk akhirat, maka itulah yang bermanfaat, yang akan disimpan untuk pemiliknya dan mengiringinya selamanya.
Oleh karena itu Allah berfirman yang artinya: ‘Dan di akhirat ada siksa yang pedih, serta pengampunan dan keridhaan dari Allah.’ Artinya, kondisi akhirat tidaklah terlepas dari dua hal:
Pertama, siksa yang pedih di dalam api neraka Jahannam, belenggu, rantai, dan kengeriannya bagi siapa yang menjadikan dunia sebagai puncak dan cita-cita usahanya, sehingga dia berani menerjang maksiat kepada Allah Ta’ala, mendustakan ayat-ayatNya, dan ingkar terhadap nikmat-nikmatNya.
Kedua, ampunan dari Allah atas dosa-dosa mereka, dicabutnya hukuman atas mereka, dan keridhaan Allah Ta’ala, mendapatkannya bagi siapa yang mendapatkan negeri yang penuh dengan keridhaan bagi siapa yang mengetahui hakikat dunia, berusaha untuk akhirat.”
“Inilah sebabnya mengapa kita harus zuhud terhadap dunia dan menginginkan akhirat. Karena itu Allah berfirman yang artinya: ‘Dan tidaklah kehidupan dunia ini kecuali kesenangan yang menipu.’ Artinya, kecuali kesenangan yang bisa dinikmati dan dimanfaatkan, serta dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tidak tertipu dan merasa tenang dengannya kecuali kecuali orang-orang yang lemah akalnya, yang mereka tertipu oleh setan ketika Allah memberikan kenikmatan-kenikmatan kepadanya.
[Tafsir As Sa’di, Surat Al Hadid: 20]
••••••••••••••••••••••
السعدى : اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
يخبر تعالى عن حقيقة الدنيا وما هي عليه، ويبين غايتها وغاية أهلها، بأنها لعب ولهو، تلعب بها الأبدان، وتلهو بها القلوب، وهذا مصداقه ما هو موجود وواقع من أبناء الدنيا، فإنك تجدهم قد قطعوا أوقات أعمارهم بلهو القلوب، والغفلة عن ذكر الله وعما أمامهم من الوعد والوعيد، وتراهم قد اتخذوا دينهم لعبا ولهوا، بخلاف أهل اليقظة وعمال الآخرة، فإن قلوبهم معمورة بذكر الله، ومعرفته ومحبته، وقد أشغلوا أوقاتهم بالأعمال التي تقربهم إلى الله، من النفع القاصر والمتعدي.
[وقوله:] { وَزِينَةً } أي: تزين في اللباس والطعام والشراب، والمراكب والدور والقصور والجاه. [وغير ذلك] { وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ } أي: كل واحد من أهلها يريد مفاخرة الآخر، وأن يكون هو الغالب في أمورها، والذي له الشهرة في أحوالها، { وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ } أي: كل يريد أن يكون هو الكاثر لغيره في المال والولد، وهذا مصداقه، وقوعه من محبي الدنيا والمطمئنين إليها.
بخلاف من عرف الدنيا وحقيقتها، فجعلها معبرا ولم يجعلها مستقرا، فنافس فيما يقربه إلى الله، واتخذ الوسائل التي توصله إلى الله وإذا رأى من يكاثره وينافسه بالأموال والأولاد، نافسه بالأعمال الصالحة.
ثم ضرب للدنيا مثلا بغيث نزل على الأرض، فاختلط به نبات الأرض مما يأكل الناس والأنعام، حتى إذا أخذت الأرض زخرفها، وأعجب نباته الكفار، الذين قصروا همهم ونظرهم إلى الدنيا جاءها من أمر الله [ما أتلفها] فهاجت ويبست، فعادت على حالها الأولى، كأنه لم ينبت فيها خضراء، ولا رؤي لها مرأى أنيق، كذلك الدنيا، بينما هي زاهية لصاحبها زاهرة، مهما أراد من مطالبها حصل، ومهما توجه لأمر من أمورها وجد أبوابه مفتحة، إذ أصابها القدر بما أذهبها من يده، وأزال تسلطه عليها، أو ذهب به عنها، فرحل منها صفر اليدين، لم يتزود منها سوى الكفن، فتبا لمن أضحت هي غاية أمنيته ولها عمله وسعيه.
وأما العمل للآخرة فهو الذي ينفع، ويدخر لصاحبه، ويصحب العبد على الأبد، ولهذا قال تعالى: { وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ } أي: حال الآخرة، ما يخلو من هذين الأمرين: إما العذاب الشديد في نار جهنم، وأغلالها وسلاسلها وأهوالها لمن كانت الدنيا هي غايته ومنتهى مطلبه، فتجرأ على معاصي الله، وكذب بآيات الله، وكفر بأنعم الله.
وإما مغفرة من الله للسيئات، وإزالة للعقوبات، ورضوان من الله، يحل من أحله به دار الرضوان لمن عرف الدنيا، وسعى للآخرة سعيها.
فهذا كله مما يدعو إلى الزهد في الدنيا، والرغبة في الآخرة، ولهذا قال: { وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ } أي: إلا متاع يتمتع به وينتفع به، ويستدفع به الحاجات، لا يغتر به ويطمئن إليه إلا أهل العقول الضعيفة الذين يغرهم بالله الغرور.
(الحديد: ٢٠)
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
🌐 Kunjungi:
https://salafymagelang.com
Kanal Dakwah dan Informasi Salafy Magelang & Sekitarnya
📲 Media Informasi lain, klik:
https://s.id/salafymagelang