Fadhilatusy Syaikh -semoga Allah meninggikan derajat beliau bersama orang-orang yang mendapatkan petunjuk- ditanya tentang definisi tauhid dan macam-macamnya.
Maka beliau menjawab -semoga Allah melindunginya-:
Tauhid secara bahasa adalah bentuk kata dasar dari وَحَّدَ-يُوَحِّد bermakna menganggap sesuatu hanya satu.
Hal ini tidak terwujud kecuali dengan adanya peniadaan dan penetapan. Peniadaan suatu hukum dari selain yang ditauhidkan. Demikian pula penetapan hukum tersebut hanya untuk sesuatu yang ditauhidkan.
Misalnya, kita katakan: Tidak akan sempurna tauhid seseorang sampai ia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah.
Maka dia harus meniadakan ketuhanan dari selain Allah ‘Azza wa Jalla, lalu menegaskan bahwa ketuhanan itu hanya milik Allah saja.
Karena peniadaan mutlak mengarah pada penolakan secara mutlak, sedangkan penetapan mutlak tidak menutup kemungkinan adanya pihak lain dalam suatu hukum.
Jadi, jika Anda berkata: “Fulan (tertentu) berdiri”, Anda telah mengakui bahwa Fulan berdiri, tetapi Anda tidak menjadikannya satu-satunya yang berdiri; karena kemungkinan ada orang lain yang sama dengan Fulan dalam hal berdiri.
Tetapi jika Anda berkata: “Tidak ada yang berdiri”, Anda telah menolak hal tersebut secara mutlak dan tidak menetapkan keadaan berdiri bagi siapa pun.
Jadi, jika Anda berkata: “Tidak ada yang berdiri selain Zaid,” maka pada saat itu Anda telah menauhidkan (meng-esakan) Zaid dalam keadaan berdiri karena Anda meniadakan keadaan berdiri bagi selainnya.
Adapun jenis-jenis tauhid terkait dengan Allah Ta’ala, semuanya termasuk dalam definisi umum, yaitu “pengesaan Allah dalam semua hal yang khusus bagi-Nya”.
Berdasarkan pandangan para ulama, ada tiga macam tauhid:
Pertama: Tauhid Rububiyyah (ke-Maha Esa-an dalam hal penciptaan dan pengaturan).
Kedua: Tauhid Uluhiyyah (ke-Maha Esa-an dalam hak untuk diibadahi).
Ketiga: Tauhid Asma’ dan Sifat-sifat (ke-Maha Esa-an dalam hal nama-nama dan sifat-sifat).
Hal ini diketahui oleh mereka melalui pengamatan, penelitian, dan mengkaji ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Nabi.
Sumber:
Majmu Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin 1/17
••••••••••••••••••••••
[التوحيد]
(١) سُئِلَ فَضِيلَةُ الشَّيْخِ -أَعْلَى اللَّهُ درَجَتَهُ فِي المَهْدِيِّينَ-: عَنْ تَعْرِيفِ التَّوْحِيدِ وَأَنْوَاعِهِ.
فَأَجَابَ -حَفِظَهُ اللَّهُ- بِقَوْلِهِ:
التَّوْحِيدُ لُغَةً: “مَصْدَرُ وَحَّدَ يُوَحِّدُ، أَيْ جَعَلَ الشَّيْءَ وَاحِدًا”.
وَهذَا لا يَتَحَقَّقُ إِلَّا بِنَفْيِ وَإِثْبَاتٍ، نَفْيِ الحَكْمِ عَمَّا سُوَى المُوَحَّدِ، وَإِثْبَاتِهِ لَهُ. فَمَثَلاً نَقُولُ: إِنَّهُ لا يَتِمُّ لِلإِنْسَانِ التَّوْحِيدُ حَتَّى يَشْهَدَ أَنْ لا إِلَـٰهَ إِلَّا اللَّهُ فَيَنْفِي الأُلُوهِيَّةَ عَمَّا سُوَى اللَّـهِ عَزَّ وَجَلَّ وَيُثْبِتُهَا لِلَّـهِ وَحْدَهُ، وَذَلِكَ أَنَّ النَّفْيَ المَحْضَ تَعْطِيلٌ مَحْضٌ، وَالإِثْبَاتُ المَحْضُ لا يَمْنَعُ مُشَارِكَةَ الغَيْرِ فِي الحُكْمِ، فَلَوْ قُلْتَ مَثَلاً: “فُلانٌ قائمٌ” فَهُنَا أَثْبَتَّ لَهُ القِيَامَ لَكِنَّكَ لَمْ تُوَحِّدْهُ بِهِ؛ لِأَنَّهُ مِنَ الجَائِزِ أَنْ يُشَارِكَهُ غَيْرُهُ فِي هَذَا القِيَامِ، وَلَوْ قُلْتَ: “لا قَائِمٌ” فَقَدْ نَفَيْتَ مَحْضًا وَلَمْ تُثْبِت القِيَامَ لِأَحَدٍ، فَإِذَا قُلْتَ: “لا قَائِمَ إِلَّا زَيْدٌ” فَحِينَئِذٍ تَكُونُ وَحَّدْتَ زَيْدًا بِالقِيَامِ حَيْثُ نَفَيْتَ القِيَامَ عَمَّنْ سُوَاهُ، وَهذَا هُوَ تَحْقِيقُ التَّوْحِيدِ فِي الوَاقِعِ، أَيْ أَنَّ التَّوْحِيدَ لا يَكُونُ تَوْحِيدًا حَتَّى يَتَضَمَّنَ نَفْيًا وَإِثْبَاتًا.
وَأَنْوَاعُ التَّوْحِيدِ بِالنِّسْبَةِ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ تَدْخُلُ كُلُّهَا فِي تَعْرِيفٍ عَامّ وَهُوَ “إِفْرَادُ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِمَا يَخْتَصُّ بِهِ”.
وَهِيَ حَسَبَ مَا ذَكَرَهُ أَهْلُ العِلْمِ ثَلَاثَةٌ:
الأوَّل: تَوْحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ.
الثاني: تَوْحِيدُ الأُلُوهِيَّةِ.
الثالِث: تَوْحِيدُ الأسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ.
وَعَلِمُوا ذَلِكَ بِالتَّتَبُّعِ وَالاِسْتِقْرَاءِ وَالنَّظَرِ فِي الآيَاتِ وَالأَحَادِيثِ.
#akidah #tauhid #syaikhutsaimin #majmufatawasyaikhutsaimin
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
🌐 Kunjungi:
https://salafymagelang.com
Kanal Dakwah dan Informasi Salafy Magelang & Sekitarnya
📲 Media Informasi lain, klik:
https://s.id/salafymagelang