Salafy Magelang FATAWA DISKUSI SEPUTAR PERAYAAN MAULID NABI

DISKUSI SEPUTAR PERAYAAN MAULID NABI

DISKUSI SEPUTAR PERAYAAN MAULID NABI post thumbnail image

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

Sesungguhnya merayakan Maulid Nabi bukanlah sesuatu yang dikenal dari Salafus Shaleh, tidak dilakukan oleh Khulafaur Rasyidin, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik serta tidak pula dilakukan oleh imam-imam kaum muslimin setelah masa mereka.

Dan di sini kami bertanya:
“Apakah kita lebih mengagungkan Rasulullah ﷺ dibandingkan mereka (para salaf)?” Tentu jawabannya: “Tidak …”

“Apakah kita lebih mencintai Rasulullah ﷺ dibandingkan mereka?” Tentu jawabannya juga: “Tidak …”

Jika demikian, maka wajib bagi kita untuk mengikuti mereka, dan tidak mengadakan perayaan Maulid Nabi karena itu merupakan perkara bid’ah.

Di mana Rasul ﷺ dengan perayaan tersebut?
Kenapa beliau tidak merayakan hari kelahirannya?
Di mana Khulafaur Rasyidin, demikian pula para sahabat?
Apakah mereka tidak tahu perkara ini? Atau mereka menyembunyikan kebenaran tentang permasalahan ini? Ataukah mereka menyombongkan diri darinya?
Semua ini tidaklah terjadi (pada mereka)

Dan tidak diragukan lagi, bahwa mayoritas dari orang-orang yang mengadakan perayaan ini munculnya dari niatan yang baik, bisa jadi karena rasa cinta mereka kepada Rasul ﷺ , atau dalam rangka menandingi Nasrani yang mereka mengadakan perayaan pada kelahiran Nabi Isa ‘alaihissalam.
Mereka pun mengatakan: “Kami lebih berhak (melakukannya).”

Akan tetapi, ini merupakan penggambaran yang salah. Sebab seorang yang sangat cinta kepada Rasulullah ﷺ maka dia adalah orang yang paling jauh dari perkara-perkara bid’ah.

Karena apabila dia melakukan perkara ini lalu mengatakan: “Sesungguhnya aku mendekatkan diri kepada Allah dengan perkara ini.”

Maka kami katakan: “Apakah engkau mau memasukkan ke dalam agama Allah sesuatu yang bukan darinya, dan engkau mau mendahului Allah dan Rasul-Nya ﷺ ?!”

Jika dia mengatakan: “Ini merupakan adat kebiasaan kami.”

Maka kami katakan: “Apakah perayaan-perayaan tersebut diadakan atas dasar adat istiadat ataukah dibangun di atas syariat?”

(Tentu hal tersebut) harus dibangun di atas syariat.

Sampai-sampai Nabi ﷺ ketika beliau datang di kota Madinah, beliau mendapati mereka mengadakan dua perayaan dalam rangka mengingat pertolongan Allah kepada mereka. Maka Nabi pun melarang mereka dari perkara tersebut, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dengan yang lebih baik daripada keduanya yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.”
Maka bagaimana kalian mengadakan perayaan ini?!

Jika mereka mengatakan: “Kami mengadakan perayaan ini untuk menggugah ingatan kita kepada Rasulullah ﷺ.”

Maka jawabannya:
Yang pertama: “Tidak benar jika beliau terlahir pada tanggal 12 Rabiul Awal.”

Kedua: “Seandainya benar, maka mengingat Rasul telah terulang pada setiap harinya.
Bukankah setiap hari kaum muslimin mereka mengucapkan:

(أشهد أن محمداً رسول الله)

Ketika adzan?!
Tentu, bahkan di setiap shalat seorang membaca doa tasyahud dengan mengucapkan:

(السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته، السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً عبده ورسوله)

Mengingat (Rasul) senantiasa ada dalam qalbu seorang mukmin dan bukan khusus hanya pada malam tertentu saja.

Hanya saja yang tampak bahwa mayoritas manusia tidak mengerti hakikat perkara ini. Mereka tidak tahu bahaya kebid’ahan sehingga terus melakukannya.

Akan tetapi, alhamdulillah aku merasa optimis bahwa manusia pada hari ini – terlebih para pemudanya-, mereka mengetahui bahwa kebid’ahan ini (yakni perayaan Maulid Nabi) tidak ada dasarnya dan tidak pula ada hakikat kebenarannya.”

(Al-Liqaa asy-Syahriy no 66).

======================

:قال الشيخ ابن عثيمين -رحمه الله-

إن الاحتفال بالمولد النبوي ليس معروفاً عن السلف الصالح ، وما فعله الخلفاء الراشدون، ولا فعله الصحابة ولا التابعون لهم بإحسان، ولا أئمة المسلمين من بعدهم.

:وهنا نسأل
هل نحن أشد تعظيماً للرسول ﷺ من هؤلاء؟ •
..لا
هل نحن أشد حباً للرسول من هؤلاء؟ •
..لا

فإذا كان كذلك فإن الواجب علينا أن نحذو حذوهم، وألا نقيم عيد المولد النبوي؛ لأنه بدعة.
أين الرسول ﷺ منه؟
لماذا لم يقم عيداً لمولده؟
!أين الخلفاء الراشدون؟ أين الصحابة؟ أهم جاهلون بهذا، أم كاتمون للحق فيه، أم مستكبرون عنه؟
كل هذا لم يكن.

:ولا شك أن كثيراً ممن يقيمون هذه الموالد يقيمونها عن حسن نية
،إما محبة للرسول ﷺ
وإما مضاهاةً للنصارى الذين يقيمون لعيسى ابن مريم عليه الصلاة والسلام عيداً لميلاده، فيقولون: نحن أحق.

،ولكن هذا من التصور الخاطئ؛ لأنه كلما كان الإنسان أحب لرسول الله ﷺ كان أبعد عن البدع
لأنه إذا ابتدأ هذا وقال: إنني أتقرب إلى الله تعالى به، قلنا: أدخلت في دين الله ما ليس منه، وتقدمت بين يدي الله ورسوله.

!وإن قال: إنه عادة عندنا، قلنا: وهل تقام الأعياد بناءً على العادات أم بناءً على الشريعة؟
بناءً على الشريعة، حتى إن النبي ﷺ لما قدم المدينة وجدهم يحتفلون بعيدين لذكرى انتصار وقع لهم، فنهاهم عن ذلك، وقال:« إن الله أبدلكم بخيرٍ منهما: عيد الأضحى وعيد الفطر».
فكيف تقيمون عيداً؟!

.فإن قالوا: نحن نقيم هذا العيد إحياءً لذكرى رسول الله ﷺ
.أولاً: لم يصح أن مولده كان في اليوم الثاني عشر
ثانياً: لو صح فذكرى رسول الله ﷺ تتكرر كل يوم، أليس المسلمون يقولون في كل يوم: أشهد أن محمداً رسول الله في الأذان؟
بلى، بل إن الإنسان في كل صلاة يقرأ التشهد ويقول: (السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته، السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً عبده ورسوله) الذكرى دائماً في قلب المؤمن وليست خاصة بليلة معينة.

ولكن نظراً إلى أن كثيراً من الناس يجهلون مثل هذا الأمر، ويجهلون خطورة البدعة؛ استمروا فيها، ولكني -والحمد لله- أتفاءل خيراً أن كثيراً من الناس اليوم -ولا سيما الشباب منهم- عرفوا أن هذه البدعة لا أصل لها ولا حقيقة لها) ا. هـ

اللقاء_الشهري [66]

manjah #diskusi #maulid #bidah

➖➖➖➖➖➖➖➖
📲 Gabung dan ikuti:
https://t.me/salafymagelang
https://t.me/syiarislam

📲 Kunjungi:
https://salafymagelang.com
Kanal Dakwah dan Informasi Salafy Magelang & Sekitarnya
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

Postingan Terkait

Tanya Jawab: Hukum Seorang Wanita Membuka Dada, Kedua Tangan sampai Persendian Bahu, dan Punggung dengan Tujuan BerhiasTanya Jawab: Hukum Seorang Wanita Membuka Dada, Kedua Tangan sampai Persendian Bahu, dan Punggung dengan Tujuan Berhias

Pertanyaan: Apa hukum membuka dada, kedua tangan sampai persendian bahu, dan punggung semata-mata untuk berhias, bukan karena taklid (ikut-ikutan)? Sebagaimana diketahui, ada yang berpendapat bahwa aurat wanita di hadapan wanita