Peringatan dari Bahaya Syiah Rafidhah[1]
Penulis: asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi ‘Umair al-Madkhali
Alhamdulillah. Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah, para sahabatnya, dan siapa saja yang mengikutinya.
Amma ba’du:
Di antara perkara yang sangat disayangkan, bahwa madzhab Syiah Rafidhah[2] yang demikian destruktif (merusak) ini telah memiliki berbagai peluang untuk tersebar di pelosok-pelosok negeri Arab-Islami. Ajaran Syiah ini telah tersebar secara masif, dan di balik penyebaran ini semua dalangnya adalah pemerintah Iran-Persia beserta para tokoh agama mereka yang demikian memusuhi Islam, kebenaran, tauhid, dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya. Mereka telah mencurahkan segenap perbendaharaan yang mahal untuk menyebarkan madzhab mereka disertai semangat yang luar biasa dan pemetaan yang untuk menguasai negeri-negeri kaum muslimin.
Madzhab Syiah adalah madzhab destruktif yang berdiri di atas prinsip:
- Mengkafirkan para sahabat Nabi Muhammad.
- Menolak sunnah Rasulullah, karena sunnah tersebut datangnya melalui jalur para sahabat Nabi yang jujur dan amanah.
- Meyakini telah berubahnya al-Qur’an dan memposisikan ayat-ayat tentang orang-orang kafir dan munafikin kepada para sahabat Nabi.
- Memposisikan ayat-ayat yang berisi ancaman neraka kepada para sahabat Nabi, terlebih lagi Abu Bakar dan Umar –radhiallau ‘anhuma-.
- Memposisikan ayat-ayat yang berisi pujian dan janji untuk mereka dan para ahlul bait (keturunan Nabi), yang Allah telah membersihkan para ahlul bait itu dari orang-orang Syiah dan pemahaman mereka yang ekstrem, dan prinsip-prinsip mereka yang berdiri di atas kekufuran.
Di antara kesesatan mereka yang lain adalah mereka memposisikan ayat-ayat yang berisi tentang tauhidullah dan menunjukkan hak uluhiyah Allah ditujukan untuk imam-imam mereka, seperti pada firman Allah:
وَقَالَ اللَّهُ لَا تَتَّخِذُوا إِلَٰهَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
“Allah berfirman, “Janganlah kalian menjadikan adanya dua sesembahan. Sesungguhnya Dia (Allah) adalah satu-satunya sesembahan yang benar.” (an-Nahl : 51).
Betapa banyak nash-nash al-Qur’an yang mereka selewengkan. Barangsiapa ingin mengetahui hakikat agama mereka, silakan membaca kitab-kitab rujukan utama mereka, seperti kitab al-Kafi karya al-Kulaini, Tafsir al-Qummi, dan Tafsir al-‘Iyyasi di mana penyimpangan yang ada dalam agama Syiah lebih parah dibandingkan dengan yang ada pada agama Yahudi dan Nasrani.
Di antara perkara yang menjadikan hati semakin sedih ketika madzhab yang sesat dan destruktif ini telah tersebar luas di Aljazair. Kami telah mendengar bahwa banyak rakyat negeri tersebut telah menganut akidah Syiah Rafidhah ini dan sejumlah besar mereka sekarang ini sedang belajar di kota Qum[3], Iran. Meskipun ada perlawanan dari pemerintah negeri tersebut dan sebagian ulamanya, akan tetapi kondisinya sangat lemah. Di mana kecemburuan mereka terhadap Islam dan Tauhid?! Di mana kecemburuan mereka terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah?! Di mana kecemburuan mereka terhadap para sahabat Nabi?!
Wahai sekalian penduduk Aljazair –pemerintahan ataupun masyarakatnya-, sesungguhnya diamnya kalian dari tersebar luasnya madzhab ini –demi Allah- akan mengakibatkan berbagai kejelekan pada agama, dunia, dan kekuasaan kalian, demikian juga di akhirat kalian, ketika kalian menjumpai Tuhan kalian, karena kalian telah diam dari sekian banyak kemungkaran dan bahaya-bahaya yang besar terhadap agama dan dunia kalian.
Aku memohon kepada Allah agar Dia membangkitkan syiar-syi’ar muslimin dan akal-akal mereka untuk menghadapi bahaya yang mengerikan dan menghancurkan ini. Di antara upaya yang paling penting untuk menghadapi mereka adalah menutup web-web mereka yang terus menyebarkan berbagai kejelekan dan kesesatan mereka yang demikian besar.
Penjelasan Sebagian Prinsip-prinsip Pokok Syiah Rafidhah
Di antara prinsip pokok ajaran Syiah adalah
- Pengkafiran dan celaan mereka terhadap para sahabat Nabi. Yang demikian merupakan penghancuran terhadap agama dari dasarnya, karena tidaklah agama ini diketahui kecuali melalui jalan para sahabat. Dan para sahabat telah menyampaikan agama ini dengan sebaik-baiknya.
- Bahwa imamah (kepemimpinan terhadap umat ini) menurut mereka merupakan bagian pokok dari agama. Ini adalah sikap ekstrem, karena Nabi telah menjelaskan pokok-pokok agama ini (dalam rukun Iman dan rukun Islam –pen), tetapi permasalahan imamah ini tidak masuk di dalamnya.
- Mengenal para imam mereka yang berjumlah 12 orang menurut mereka merupakan pokok agama[4]. Dan siapa yang tidak mengenal para imam itu berarti kafir.
- Para imam –menurut mereka- adalah orang-orang yang maksum (terjaga) dari perbuatan dosa, bahkan tidak pernah lupa. Bahkan mereka menganggap bahwa para imam mereka lebih utama dibandingkan para nabi dan rasul.
- Mereka meyakini bahwa para imam mereka mengetahui perkara gaib dan ikut mengatur keberlangsungan kehidupan ini. Dan ini termasuk dari kekufuran yang terbesar, karena mereka telah menjadikan para imam mereka sebagai tandingan bagi Allah dalam perkara gaib dan pengaturan terhadap alam semesta ini.
- Klaim dusta mereka bahwa Rasulullah telah berwasiat agar kepemimpinan umat setelahnya dipegang oleh Ali –radhiallahu ‘anhu-, dan mereka mengklaim bahwa para sahabat telah merampas hak kepemimpinan itu dari Ali. Ini termasuk kedustaan yang paling parah, dan ini pula yang menyebabkan mereka tersesat dan memusuhi, mengkafirkan, serta melaknat para sahabat.
- Di antara khurafat dan dongeng-dongen mereka, bahwa mereka memiliki Imam Mahdi dari keturunan Ahlul Bait. Mereka senantiasa menunggu-nunggunya di gua Sirdab sejak lebih dari 1200 tahun lalu. Mereka mengklaim bahwa itulah imam mereka yang ke-12. Padahal yang mereka klaim itu hakikatnya tidak ada. Sedangkan Imam Mahdi yang disebutkan oleh Rasulullah adalah benar adanya, tetapi bukan seperti yang diklaim oleh Syiah Rafidhah. Di antara dongeng mereka tentang Musa bin Ja’far (wafat th 183 H) salah satu yang diklaim sebagai imam mereka, bahwa Dia berkata kepada orang-orang di zamannya, “Jika kalian berumur panjang, maka kalian akan berjumpa dengannya (yakni Imam Mahdi mereka yang menurut merek bersembunyi di gua Sirdab tersebut -pen). Dan sampai sekarang ini sudah berlalu 1249 tahun tetapi mereka belum juga mendapatinya. Hal ini menunjukkan bahwa itu hanyalah kedustaan yang disandarkan kepada Musa (bin Ja’far) ini.
- Keyakinan mereka tentang raj’ah. Menurut mereka yang tidak mempercayainya maka dia kafir. Al-‘Allamah al-Alusiy berkata (dalam kitab Mukhtashar at-Tuhfah al-Itsna al-Asyariyah hal 200-201), “Menurut madzhab Ahlus Sunnah bahwa orang-orang yang sudah meninggal tidaklah dihidupkan kembali sebelum terjadinya hari kiamat. Sedangkan Syiah Imamiyah dan sebagian kelompok lainnya dari pecahan Syiah Rafidhah meyakini adanya raj’ah. Mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib, anak cucunya, dan musuh-musuh mereka (maksudnya Abu Bakr, Umar, Utsman, Muawiyah, Yazid, Marwan, Ibnu Ziyad, dan lainnya akan dihidupkan kembali setelah munculnya Imam Mahdi versi mereka. Kemudian musuh-musuh ini akan disiksa dan diqishash sebelum munculnya Dajjal. Setelah itu semua, mereka ini mati kembali, kemudian nanti akan dihidupkan kembali pada hari kiamat. -Semoga Allah memerangi orang-orang Syiah Rafidhah-.
- Klaim mereka bahwa para sahabat telah melakukan perubahan isi al-Qur’an. Hal yang sangat mustahil untuk para sahabat melakukannya walaupun hanya sekedar satu kata di dalam Kitabullah. Dan sesungguhnya yang telah mengubah isi al-Qur’an justru adalah Rafidhah. Betapa banyak perubahan yang mereka lakukan, baik terhadap lafazh-lafazhnya maupun terhadap makna-maknanya. Kebanyakan perubahan yang mereka lakukan berkaitan dengan ayat-ayat yang berisi janji dan ancaman, ayat-ayat tentang orang-orang kafir dan munafikin yang mereka arahkan kepada para sahabat Nabi. Padahal merekalah yang lebih pantas untuk diarah dengan ayat-ayat tersebut.
- Di antara prinsip pokok mereka adalah taqiyyah[5] (menampakkan kesesuaian dengan lawan dan menyembunyikan keyakinan sebenarnya). Taqiyyah di sisi mereka adalah sembilan persepuluh agama, sehingga menurut mereka tidak ada agama bagi yang tidak bertaqiyyah. Mereka menisbatkan sebuah ucapan kepada Abu Ja’far, bahwa dia berkata, “Allah ‘azza wajalla enggan untuk menerima dari kami dan kalian dalam beragama kecuali taqiyyah.” Mereka juga menisbatkan ucapan lainnya kepada Abu Ja’far bahwa dia berkata, “Taqiyyah bagian dari agamaku dan agama leluhurku. Tidak ada keimanan bagi yang tidak bertaqiyyah.” (Lihat kitab al-Kafi karya al-Kulaini (2/217-218).
- Di antara pokok agama mereka adalah memakmurkan kuburan, -terlebih lagi kuburan imam-imam mereka-, thawaf di kuburan, meminta tolong kepada yang dikubur, mempersembahkan harta yang demikian banyak, bernadzar, dan menyembelih kurban untuk penghuni kubur. Perbuatan-perbuatan ini termasuk di antara macam-macam kesyirikan yang paling besar.
- Di antara pokok penting agama mereka adalah nikah mut’ah (kawin kontrak). Rasulullah pernah membolehkan nikah mut’ah pada kondisi tuntutan kebutuhan dan darurat, kemudian Allah menghapuskan bolehnya nikah mut’ah melalui lisan Rasulullah. Dan di antara yang meriwayatkan pengharaman nikah mut’ah adalah Ali bin Abi Thalib –radhiallahu ‘anhu- yang diklaim sebagai imam mereka -pen). Sedangkan kaum Syiah menghalalkannya dan meriwayatkan berbagai keutamaan nikah mut’ah, yang secara syar’I maupun akal sehat pasti akan menolaknya. Di antaranya ucapan mereka tentang nikah mut’ah:
“Barangsiapa mut’ah dengan seorang wanita mukminah pahalanya seperti menngunjungi Ka’bah sebanyak 70 kali.”
Juga ucapan mereka bahwa ash-Shaduq telah meriwayatkan dari ash-Shadiq ‘alaihi salam, “Sesungguhnya mut’ah adalah agamaku dan agama nenek moyangku. Siapa yang melakukannya berarti dia mengamalkan agama kami, dan barangsiapa mengingkarinya berarti dia mengingkari agama kami dan meyakini agama selain agama kami.”
Mut’ah dengan gambaran demikian ini di sisi mereka merupakan keyakinan yang paling agung, di mana mereka mengkafirkan siapa saja yang meninggalkannya.
Mereka juga memiliki riwayat-riwayat lain tentang keutamaan mut’ah, di antaranya: “Siapa yang melakukan mut’ah 1 kali maka derajatnya semisal dengan al-Husain –’alaihi salam. Siapa yang melakukan mut’ah 2 kali maka derajatnya semisal dengan al-Hasan –’alaihi salam. Siapa yang melakukan mut’ah 3 kali maka derajatnya semisal dengan Ali –’alaihi salam. Siapa yang melakukan mut’ah 4 kali maka derajatnya semisal dengan derajatku.”
Ungkapan “alaihi salam” termasuk di antara ciri khas mereka. Yang benar, semestinya jika dia seorang sahabat dengan ungkapan “radhiallahu ‘anhu”. Jika dari kalangan tabi’in dan setelahnya, maka dengan ungkapan “rahimahullah”.
Inilah sekilas keterangan tentang agama Syiah Rafidhah. Seandainya mau diperinci, niscaya kesesatan dan kekufuran mereka akan mencapai berjilid-jilid kitab.
Ditulis oleh:
Rabi’ bin Hadi ‘Umair al-Madhali
12 Jumadal Akhirah 1432
Catatan Kaki :
[1] Judul asli risalah ini adalah at-Tahdzir min intisyari dini ar-Rawafidh fi al-Jazair wa ghairiha min buldanil muslimin.
[2] Rafidhah adalah salah satu sekte yang ada dalam ajaran Syiah. Dari sekian sekte yang ada di masa ini yang paling dominan di seluruh dunia adalah Rafidhah dengan Negara Iran sebagai pusatnya. Syiah Rafidhah dikenal juga dengan sebutan Syiah Imamiyah, Syiah Itsna ‘Asyariyah, dan Syi’ah Ja’fariyah.
[3] Kota Qum merupakan pusat pendidikan ajaran Syiah Rafidhah di negeri Iran.
[4] Dengan prinsip ini maka mereka dikenal juga dengan Syiah Imamiyah atau Syiah Itsna ‘Asyariyah.
[5] Hakikatnya dengan prinsip ini mereka menghalalkan dusta. Oleh karena itu, tidak ada kelompok sesat yang lebih pendusta dibandingkan Syiah Rafidhah.